Ayat-ayat Kontra Sekularisme

Wacana pemisahan agama dari politik merupakan pemikiran yang mendukung eliminasi dan peminggiran peran agama dalam ragam panggung kehidupan umat manusia. Berdasarkan teori ini, manusia dalam ranah ilmu dan pengetahuan dapat mengenal dan menetapkan pelbagai aturan yang berkenaan dengan kebudayaan, politik, peradilan, perekonomian, kehakiman, sastra, interaksi sosial dan lain sebagainya tanpa memerlukan campur tangan agama dalam mengatur kehidupannya. Akar supremasi pemikiran yang muncul pada abad pertengahan dan setelahnya ini dapat dilacak dari ketidakmampuan agama Kristen yang telah mengalami penyimpangan, dominasi otoriter dan mencekik dari para pemuka gereja; termasuk diantaranya anggapan adanya kontradiksi antara akal dan ilmu dengan ajaran-ajaran Injil. Di dunia Islam, pemikiran pemisahan agama dari panggung politik mengemuka dalam tiga tingkatan: 1. Para penguasa tiran menghendaki mengubah khilafah menjadi kesultanan dan kerajaan. 2. Para penjajah asing. 3. Para pemikir yang sakit. Lanjutkan membaca..

Agama itu Singular atau Plural?

pluralismApabila yang dimaksud agama adalah sekumpulan akidah, akhlak, aturan-aturan dan hukum praktis yang diturunkan Tuhan dan melalui perantara para nabi disampaikan kepada masyarakat maka agama di sini merupakan perkara yang satu dan perbedaan di antara agama adalah terletak pada aturan-aturan partikulir yang sesuai dengan tipologi seseorang atau suatu kaum mengikut tuntutan ruang dan waktu.  Namun apabila yang dimaksud dengan agama adalah agama-agama yang ada di dunia maka tanpa ragu bahwa terdapat ragam dan aneka agama di dunia hari ini.  Pada agama-agama beragam ini kendati sebagian dari hakikatnya dapat disaksikan akan tetapi bentuk sempurna hakikat dan tauhid hakiki hanya dapat disaksikan dan dapat ditemukan dalam Islam. Lanjutkan membacanya…

Telaah dan Kritik atas Wacana Pluralisme

pluralismPluralitas dan kejamakan agama-agama adalah sebuah fakta dan kenyataan historis yang tidak bisa dipungkiri keberadaannya,bahkan pada tataran tertentu realitas ini seakan-akan telah menjadi keniscayaan sejarah bagi kehidupan kaum religius.Seiring dengan pesatnya laju perkembangan teknologi informasi dan komunikasi global,khususnya dalam beberapa abad terakhir,interaksi dan interrelasi manusia dalam pelbagai bidang kehidupan semakin mudah dan terbuka.Kondisi ini telah menyebabkan keragaman dan kejamakan agama-agama tersebut dapat diamati dan disaksikan dari dekat serta dengan lebih jelas.Paling tidak,secara relatif hal ini telah terpahami dikalangan umat beragama sehingga tak seorang pun diantara mereka yang dapat mengingkari faktualitasnya.Permasalahan yang kemudian muncul berkenaan dengan pluralitas dan perbedaan-perbedaan yang ada pada agama-agama tersebut adalah masalah kebenaran masing-masing agama. Setidaknya,kebenaran setiap agama memerlukan dua syarat utama: Pertama,doktrin atau ajaran-ajaran yang diyakini oleh penganut agama tersebut bersesuaian dengan realitas.Kedua,pengamalan terhadap perintah dan anjuran-anjuran agama menghasilkan kebahagiaan bagi seseorang. Baca lebih lanjut

Menyoroti Wacana Pluralisme Agama

plurlSalah satu faktor yang memperkaya ilmu dan pengetahuan masyarakat adalah luasnya jangkauan dialog dan perbincangan ilmiah. Pertumbuhan kuantitatif dan kualitatif suatu gagasan sebenarnya merupakan hasil benturan pendapat dan pertukaran pikiran. Teologi Islam (Ilmu Kalam) juga tidak terlepas dari hukum di atas. Seiring dengan perjalanan waktu, cakupan disiplin ini menjadi semakin luas. Melalui lontaran pelbagai pendapat dan keyakinan dalam ilmu agama-agama dan teologi, disiplin ini keluar dari keredupan dan kebekuan. Jenis gerakan ilmiah ini menyebabkan pendalaman dalil-dalil dan bukti-bukti mengenai pengetahuan tentang Allah, dan menyebabkan masuknya masalah-masalah baru ke wilayah teologi Islam, seperti masalah wahyu dan keimanan, kriteria kebenaran dalam isu-isu keagamaan, bahasa agama, pluralisme agama dan lain sebagainya.

Makalah ini secara ringkas berusaha menjelaskan dan mengkritik sejumlah pendapat tentang kesatuan dan pluralitas agama-agama, sekalipun upaya untuk menjelaskan secara rinci terhadap hal tersebut dibutuhkan kesempatan lain dan banyak makalah.
Pluralisme adalah aliran dan kecenderungan yang menganggap bahwa dasar dan bangunannya adalah pluralitas, dan memiliki pandangan ke arah kemajemukan. Seorang pluralis mempercayai kemajemukan, dan adanya lebih dari satu kebenaran atau hakikat mutlak. Berbeda dengan seorang pluralis adalah orang yang menyakini kesatuan dan cenderung pada semacam pembatasan agama. Aliran pluralisme terbagi menjadi tiga: pluralisme etika, politik dan agama. Baca lebih lanjut

Tugas Syar’i; Beban atau Rahmat?

isyq

Sebagian orang berpendapat bahwa jika Tuhan adalah pengasih dan penyayang lalu mengapa Tuhan membebani hamba-hambanya dengan setumpuk kewajiban dan taklif yang telah membuat mereka bersusah paya dan mengalami berbagai bentuk kesulitan hidup di dunia ini,dan disebabkan kelalaian dan pelanggaran mereka atas sebagian taklif atau kewajiban-kewajiban yang ada mereka harus disiksa, sesungguhnya apa pentingnya sebuah taklif? dan mengapa mesti ada siksaan?

Manusia di zaman modern senantiasa ingin bebas dan melepaskan diri dari segala bentuk batasan,belenggu dan berbagai ikatan.Agama dan syariat dipandang sebagai aturan dan batasan-batasan yang mengikat kaki dan tangan manusia, jika di zaman ini kepercayaan terhadap Tuhan masih harus berlanjut dan dipertahankan maka hanya Tuhan cintalah yang layak untuk diperkenalkan,yaitu Tuhan yang selalu mengasihi dan menyayangi hamba-hambanya dan tidak menghendaki mereka untuk bersusah paya dan juga tidak akan pernah melarang atau memberi perintah,Tuhan yang senantiasa memberi kebebasan kepada manusia dan membiarkan mereka untuk melakukan apa saja yang mereka inginkan dan pada akhirnya mereka akan ditempatkan atau dimasukkan kedalam surga kenikmatan-Nya dan tidak ada lagi berita tentang siksaan dan hari perhitungan.Tuhan seperti inilah yang dapat diterima di zaman modern.

Dalam pandangan kaum modernis Tuhan di zaman sebelumnya adalah Tuhan yang bermuka masam,pemarah,kejam,berbahaya,selalu melarang dan memberi perintah,dogmatis,kasar,diktator serta egois. Baca lebih lanjut

Agama dan Kebebasan

freedomreligionKebebasan merupakan salah satu nilai yang paling asasi bagi umat manusia. Sedemikian sehingga seluruh manusia, siapa pun, dimana pun dan kapan pun memuji apa yang disebut kebebasan. Semenjak tukang sayur hingga insinyur, dari tukang kompor sampai professor, tukang kardus hingga doktorandus semuanya familiar dengan redaksi kebebasan. Hal ini menandaskan bahwa masalah kebebasan ini merupakan masalah universal. Filosof Ilahi dan sosiolog, khususnya pada ranah hukum, politik dan sosiologi juga banyak berbicara ihwal kebebasan.

Kendati pahaman kebebasan merupakan salah satu pahaman yang swa-bukti (badihi) namun untuk sampai kepada kebebasan, kita berhadapan dengan selaksa kepelikan dan kesulitan. Terkait dengan definisi tentang kebebasan, tidak dapat diperoleh definisi yang jelas dan setiap maktab dan filsafat masing-masing memberikan penafsiran berdasarkan pelbagai pra-supposisi mereka sendiri-sendiri; atas dasar ini kesalahpahaman dan perbedaan pendapat dapat kita saksikan dimana-mana. Baca lebih lanjut

Mengenal Epistemologi Kaum Liberal

Epistemologi, sebagaimana yang Anda tahu, derivasinya dari bahasa Yunani yang bermakna teori ilmu pengetahuan. Epistemologi merupakan rangkapan dua kalimat episteme, pengetahuan; dan logos, teori. Epistemologi adalah cabang ilmu filsafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan.  Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu, ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya, dan relasi eksak antara ‘alim (subjek) dan ma’lum (objek). Atau dengan kata lain, epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat. Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan, bahkan menentukan “kebenaran” macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak dari sebuah pengetahuan, konsep, dan pandangan dunia.

Dalam pembahasan Liberalisme, setelah meninjau secara global kemunculannya, masalah epistemologi yang digunakan sebagai pijakan dalam maktab ini harus dibahas. Tema pertama yang mengemuka dalam pembahasan epistemologi adalah media epistemologi yang digunakan. Kita mengenal semesta ini berdasarkan media-media epistemologi. Setiap maktab yang memperkenalkan medianya, memperkenalkan jenis epistemologi yang mereka gunakan. Baca lebih lanjut

Melacak Akar dan Manifesto Liberalisme

Fenomena Liberalisme merupakan fenomena yang menarik untuk dikaji, ditelaah, diriset dan kemudian dikritisi. Dalam tulisan ringan ini, kita akan membahas secara global tentang akar sejarah kemunculan Liberalisme dan pada kesempatan berikutnya melontarkan telaah kritis atas fenomena liberalisme dalam dan luar negeri.

Liberalisme merupakan salah satu school of thought yang paling berpengaruh dalam filsafat Barat. Dalam tiga domain, filsafat, ekonomi dan politik kaum liberal menyodorkan pandangan-pandangannya. Dalam ranah politik, Liberalisme menghembuskan nafas kebebasan pribadi dan sosial. Demikian juga pada wilayah ekonomi, pengurangan peran dan kekuasaan pemerintah. Dari sudut pandang pemikiran meyakini bahwa apabila urusan dunia diserahkan kepada proses naturalnya maka seluruh persoalan manusia akan terselesaikan. Pesan utama yang diusung para proponen Liberalisme adalah kebebasan dan pembebasan. Bebas dari segala yang mengikat sehingga segala keinginannya terpenuhi. Membebaskan manusia dari segala tekanan, ancaman dan hambatan yang menghalanginya memenuhi segala keinginannya. Baca lebih lanjut

Antara Pluralisme Agama dan Wahyu

Agama (dalam hal ini ad-din dalam bahsa arab) memiliki makna jalan, balasan, dan kecenderungan.[1] Agama-agama Ilahi turun satu menggantikan lainnya dalam bentuk saling menyempurnakan dengan tekanan pengajaran yang berbeda-beda untuk memberi hidayah dan petunjuk kepada manusia. Karena itu, substansi agama-agama Ilahi adalah hidayah (memberikan petunjuk) dan dalam implementasi tujuan ini tidak ada perbedaan di antara agama-agama Ilahi. Akan tetapi dalam mizan hidayah dan kadar pengajaran, mereka satu sama lain mempunyai perbedaan secara intensitas kuat dan lemah.

Zaman sekarang ini, di dunia Barat terjadi krisis agama dan spiritual. Masyarakat Barat telah mendudukkan manusia pada tempat Tuhan[2], menempatkan para jenius dan pemikir pada kedudukan para nabi,  dan menggantikan agama dengan maktab-maktab filsafat sosial. Dan untuk menghapus perbedaan agama-agama Ilahi dan maktab-maktab buatan manusia, mereka melakukan pelbagai distorsi (tahrif) terhadap agama sebagai mukaddimah, di mana pada akhirnya akan muncullah suatu wajah dari pluralisme agama-agama dan maktab-maktab. Baca lebih lanjut

Konsekuensi Logis Pluralisme Agama

Topik bahasan kita yang terakhir tentang maktab-maktab dan keragaman agama ini merupakan suatu topik yang sangat populer akhir-akhir ini dan menjadi ajang bahan diskusi dan perbincangan dalam berbagai tingkat pendidikan, ilmu, budaya, agama, mazhab, dan sosial.

Tidak diragukan bahwa kita hidup di suatu dunia yang penuh dengan dimensi perbedaan dan keragaman. Sebagaimana yang kita saksikan terdapat bangsa-bangsa dan warna kulit yang beraneka ragam, bahasa yang beraneka-macam, budaya yang berbeda, agama yang multi-corak, ideologi dan pemikiran yang jamak dan berbagai aspek serta dimensi hidup manusia lainnya yang tidak sama. Sekarang kita akan membahas tinjauan pluralisme agama terhadap masalah ini dan mengajukan kritik serta isykalan terhadap teori dan pandangannya. Baca lebih lanjut